Humor Pesantren : Skakmat Kyai

Solihin, santri cerdas dari Pesantren Nurul Hikmah, terkenal kritis dan pemberani. Kalau ada hal yang diyakininya salah, pasti ia langsung menyampaikannya. tak peduli kepada ustad atau kyai. Kritikannya menyangkut hal apa saja, tapi terutama sekali tentang agama.

Suatu ketika, Solihin ditugaskan Kyainya, Kyai Arman. untuk menemui seorang kyai di kampung sebelah bernama kyai Wahyu. kyai Arman ingin menyampaikan undangan perayaan Isra Mikraj yang akan di adakan di Pesantren Nurul Hikmah. Kyai Wahyu diminta untuk menjadi salah satu penceramah dalam acara tersebut.
"Solihin, ini undangannya, tolong disampaikan! Tapi saya berpesan jangan macam-macam dengan Kyai ini. Dia jago catur lho," ujar Kyai Arman.
"Jago catur bagaimana, Kyai?" ujar Solihin.
"Dia sering membuat skakmat orang lain, terutama dalam hal omongan," ujar Kyai Arman tersenyum penuh arti.
"Baik Kyai, saya akan ingat pesan itu," ujar Solihin.

Maka berangkatlah Solihin ke rumah Kyai tersebut. Rumah Kyai Wahyu ternyata sangat bersahaja dan berada di tengah sawah yang asri dan hijau. Tak nampak aktivitas berarti dari rumah Kyai Wahyu. Rumah itu tampak sepi-sepi saja.

Solihin diterima oleh salah satu murid kyai wahyu dan dipersilahkan menunggu di ruang tamu. Saat menunggu itulah solihin merasa kurang nyaman. Di ruang tamu rumah kyai wahyu, ia melihat banyak hiasan dinding berupa lukisan makhluk hidup dari hewan sampai manusia. Ada juga foto presiden dan wakil presiden serta foto-foto kyai besar dan para habaib ternama berseliweran di sela-sela pajangan ayat-ayat suci al-Qur'an.



Tak lama, Kyai Wahyu pun muncul. Solihin segera menyampaikan maksud dan tujuannya datang ke situ. kyai wahyu menerima dengan baik dan menyanggupi menjadi pengisi acara Isra Mikraj di Ponpes Nurul Hikmah.
Setelah minum dalam perbincangan, solihin tak kuasa menyampaikan kritikan kepada Kyai Wahyu.

"Kyai, maaf Kyai, saya dengar kyai mahir dalam ilmu hadits, tapi kenapa rumah kyai banyak gambar dan lukisan makhluk hidup ? Setahu saya ada hadits Nabi yang bilang bahwa hal itu tidak diperbolehkan," ujar solihin.

Kyai wahyu agak terkejut mendengar perkataan solihin, tapi sesaat kemudian ia kembali tenang. Bukannya menjawab pertanyaan sholihin, kyai wahyu justru seperti orang bingung dan sibuk mencari-cari sesuatu di saku baju dan celananya. Ia bahkan membuka-buka dompetnya tapi sepertinya tak menemukan apa yang dia cari.

Solihin yang melihat itu langsung ber tanya.
"Ada apa Kyai? Kyai mencari apa?" ujar sholihin.

"ini... saya lupa. Saya harus memberi uang kepada santri saya untuk membeli kabel buat mushala. Ada listrik yang mati karena kabelnya putus. Tadi ada uang lima puluh ribu rupiah dikantong saya, tapi sekarang kemana yah?" ujar kyai wahyu sambil terus mencari.

Terdorong rasa ingin menolong, solihin segera berujar.
"Oh itu. jangan sungkan, Kyai. pakai saja dulu uang saya. Kebetulan saya ada uang lima puluh ribu," ujuar sholihin.

Sholihin lalu menanggalkan kopiahnya. Dari selipan di kopiahnya itu ia mengeluarkan uang lima puluh ribu bergambar Haji Muhammad Soeharto dan langsung memberikannya kepada Kyai Wahyu.

Dengan mua ceria, sang kyai menerima uang Rp.50.000 itu, memandangi  gambar soeharto dan kemudian memandang ke dinding. "wah mas sholihin, menjawab pertanyaan Anda tentang hadits memasang gambar, saya sih tidak separah anda. Saya hanya memasang di dinding dan itupun zahir terlihat orang lain. Sementara anda menempatkan gambar soeharto secara khusus, teramat pribadi, dan bahkan di tempat yang sangat mulia yakni di atas kepala anda", ujar kyai wahyu sambil tersenyum senang.

Solihin langsung terkejut dan baru sadar bahwa ia telah di Skakmat. Muka langsung merah padam dan langsung menyadari kesombongannya dan minta maaf.

Kyai wahyu wahyu hanya tersenyum melihat itu. "Tak apa, kau tak perlu minta maaf. itu biasa, kau hanya kalah akselerasi saja," ujar kyai wahyu.

"Akselerasi? maksud kyai?" ujar sholihin
"ibarat sepeda motor, kamu itu masih sepeda motor lama yang pake gigi. sementara saya sudah matic," ujar kyai wahyu sambil memperlihatkan giginya yang ompong semua.

0 Response to "Humor Pesantren : Skakmat Kyai"