Kumpulan Puisi Chairil Anwar Edisi Deru Tjampur Debu (Original) Part 2


Cetakan ke-delapan tahun 1966 - cetakan ini diterbitkan dalam bentuk yang sama dengan cetakan ketujuh. beberapa kesalahan cetak telah diperbaiki

Note: Puisi ini tidak ada saya rubah sedikitpun, dari penulisan kata-katanya maupun isinya. puisi yang saya kumpulukan ini merupakan isi cetakan original.

Daftar Puisi:
Penyair: Chairil Anwar


===========================================================
  • Malam di Pegunungan
Aku berpikir : Bulan inikah yang membikin dingin,
Djadi putjat rumah dan kaku pohonan ?
Sekali ini aku terlalu sangat dapat djawaban kepingin :
Eh, ada botjah tjilik main kedjaran dengan bajangan !

===========================================================
  • Tjatenta th.1946
Ada tanganku, sekali akan djemu terkulai,
Mainan tjahja diair hilang bentuk dalam kabut,
Dan suara jang kutjintai 'kan berhenti membelai.
kupahat batu nisan sendiri dan kupagut.

Kita - andjing diburu - hanja melihat sebagian dari sandiwara sekarang
Tidak tahu Romeo & Juliet, keduanja dapat tempat.

Dan kita nanti tiada sawan lagi diburu
Djika bedil sudah disimpan, tjuma kenangan berdebu ;
Kita memburu arti atau diserahkan kepada anak lahir sempat.

Karena itu djangan mengerdip, tatap dan penamau asah,
Tulis karena kertas gersang, tenggorokan kering sedikit mau basah !

===========================================================
  • Nocturno
                    (Fragment)

.........................................................
Aku menjeru -- tapi tidak satu suara
membalas, hanja mati dibeku udara.
Dalam diriku terbudjur keinginan,
djuga tidak bernjawa.
Mimpi jang penghabisan minta tenaga,
Patah kapak, sia-sia berdaja,
Dalam tjekikan hatiku

Terdampar ......... Menginjam abu dan debu
Dari tinggalannja suatu lagu.
Ingatan pada Adjal jang menghantu.
Dan demam jang menanti membikin kaku ........

............................................................
Pena dan penjair keduanja mati,
Berpalingan !

===========================================================
  • Kepada Pelukis Affandi
Kalau, 'ku habis-habis kata, tidak lagi
berani memasuki rumah sendiri, terdiri
diambang penuh kupak,

adalah karena kesementaraan segala
jang mentjap tiap benda, lagi pula terasa
mati kan datang merusak.

Dan tangan 'kan kaku, menulis berhenti,
ketjemasan derita, ketjemasan mimpi ;
berilah aku tempat dimenara tinggi,
dimana kau sendiri meninggi

atas keramaian dunia dan tjedera,
lagak lahir dan kelantjungan tjipta,
kau memaling dan memudja
dan gelap-tertutup djadi terbuka !

===========================================================
  • Buat Album D.S
Seorang gadis lagi menjanji
Lagu derita dipantai jang djauh,
Kelasi bersendiri dilaut biru, dari
Mereka jang sudah lupa bersuka.

Suaranja pergi terus meninggi,
Kami jang mendengar melihat sendja
menjium belai sigadis dari pipi
Dan gaun putihnja sabagian dari mimpi.

Kami rasa bahagia tentu 'kan tiba,
Kelasi mendapat dekapan dipelabuhan
Dana dinegeri kelabu jang berhiba
Penduduknja bersinar lagi, dapat tudjuan

lagu merdu ! apa mengertikah adikku ketjil
jang menangis mengiris hati
Bahwa pelarian akan terus tinggal terpentjil,
Djuga dinegeri djauh itu surja tidak kembali ?

===========================================================
  • Tjerita Buat Dien Tamaela
Beta Pattiradjawane
Jang didjaga datu-datu
Tjuma satu.

Beta Pattiradjawane
Kikisan laut
Berdarah laut.

Beta Pattiradjawane
Ketika lahir dibawakan
Datu dajung sampan.

Beta Pattiradjawane, mendjaga hutan pala.
Beta api dipantai. Siapa mendekat
Tiga kali menjebut beta punja nama.

Dalam sunji malam ganggang menari
menurut beta punja tifa,
Pohon pala, badan perawan djadi
Hidup sampai pagi tiba

Mari menari !
mari beria !
mari berlupa !

Awas djangan bikin beta marah
Beta bikin  pala mati, gadis kaku
Beta kirim datu-datu !

Beta ada dimalam, ada disiang
Irama ganggang dan api membakar pulau ....

Beta Pattiradjawane
Jang didjaga datu-datu
Tjuma satu.

===========================================================
  • Penerimaan
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati

Aku masih tetap sendiri

Kutahu kau bukan jang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi

Djangan tunduk ! Tentang aku dengan berani

Kalau kau mau kuterima kau kembali
Untukku sendiri tapi

Sedang dengan tjermin aku enggan berbagi.


===========================================================
  • Kepada Penjair Bohang
          Suaramu bertanda derita lau tenang ....
          Si Mati ini padaku masih berbitjara
          Karena dia tjinta, dimulutnja membusah
          Dan rindu jang mau memerahi segala
          Si Mati ini matanja terus bertanja !

Kelana tidak bersedjarah
Berdjalan kau terus !
Sehingga tidak gelisah
Begitu berlumuran darah.

Dan duku djuga menegadah
Melihat gajamu melangkah
Mendaju suara patah ;
:Aku Saksi !"

Bohang,
Djauh didasar djiwamu
bertampuk suatu dunia ;
mengujup rintik satu-satu
Katja dari dirimu pula..........

===========================================================
  • Sendja dipelabuhan Ketjil
                                              Buat Sri Ajati

Ini kali tiddak ada jang mentjari tjinta
diantara gudang, rumah tua, pada tjerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempertjaja mau berpaut

Gerimis memperjepat kelam, Ada djuga kelepak elang
menjinggung muram, desir hari lari berenang
menemu budjuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menjisir semenadjung, masih pengap harap
sekali tiba diudjung dan sekalian selamat djalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap.

===========================================================
  • kabar dari Laut
Aku memang benar tolol ketika itu,
mau pula membikin hubungan dengan ku ;
lupa kelasi tiba-tiba bisa sendiri dilaut pilu,
berudjuk kembali dengan tudjuan biru.

Ditubuhku ada luka sekarang,
bertambah leba djuga, mengeluar darah,
dibekas dulu kau tjium napsu dan garang ;
lagi akupun sangat lemah serta menjerah.

Hidupku berlangsung antara buritan dan kemudi.
Pembatasan tjuma tambah menjatuhkan kenang.
Dan tawa gila pada wishky terjermin tenang.

Dan kau ? Apakah kerdjamu sembahjang dan memudji,
Atau diantara mereka djuga terdampar ?

===========================================================
  • Tuti Artic
Antara bahagia sekarang dan nanti djurang ternganga,
Adikku jang lagi keenakan mendjilati es artic ;
Sore ini kau tjintaku, kuhiasi dengan susu + coca cola.
Isteriku dalam latihan : kita hentikan djam berdetik.

Kau pintar benar bertjium, ada goresan tinggal terasa
-- ketika kita bersepeda kuantar kau pulang --
Panas darahmu, sungguh lekas kau djadi dara,
Mimpi tua bangka kelangit lagi mendjulang.

Pilihanmu saban hari mendjemput, saban kali bertukar ;
Besok kita berselisih djalan, tidak kenal tahu :
Sorga hanja permainan sebentar.

Aku djuga seperti kau, semua lekas berlalu
Aku dan Tuti + Greet + Amoi ......... hati terlantar,
Tjinta adalah bahaja jang lekas djadi pudar.

===========================================================
  • Sorga
                  buat basuki resobowo

Seperti ibu + nenekku djuga
tambah tudjuh keturunan jang lalu
aku minta pula supaja sampai disorga
jang kata Masjumi + Muhammadyah bersungai susu
dan bertabur bidadari beribu

Tapi ada suara menimbang dalam diriku,
nekat mentjemooh : Bisakah kiranja
berkering dari kujup laut biru,
gamitan dari tiap pelabuhan gimana?
Lagi siapa bisa mengatakan pasti
disitu memang ada bidari
suaranja berat menelan seperti Nina, punja kerlingnja jati ?

===========================================================
  • Tjintaku Djauh Dipulau
Tjintaku djauh dipulau,
gadis manis, sekarang iseng sendiri

Perahu melantjar, bulan memantjar,
dileher kukalungkan ole-ole buat dipatjar,
angin membatu, laut terang, tapi terasa
aku tidak 'kan sampai padanja.

Diair jang tenang, diangin mendaju,
diperasaan penghabisan segala meladju
Adjal bertachta, sambil berkata :
"Tudjukan perahu kepangkuanku sadja".

Amboi ! Djalan sudah bertahun kutempuh !
Perahu jang bersama 'kau merapuh !
Mengapa Adjal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan tjintaku ? !

Manisku djauh dipulau,
kalau 'ku mati, dia mati iseng sendiri.

===========================================================

0 Response to "Kumpulan Puisi Chairil Anwar Edisi Deru Tjampur Debu (Original) Part 2"